Medan Terjal dan Api Mengamuk: Kisah Dramatis Pemadaman Kebakaran Hutan di Samosir

Medan terjal di hutan lindung Siarubung/Dolok Sijonaha menjadi penghalang besar bagi tim gabungan yang berjuang memadamkan api. Ketidakmampuan menjangkau beberapa area akibat medan berbahaya semakin meningkatkan risiko keselamatan mereka, menciptakan drama di tengah upaya penyelamatan hutan yang terbakar.

Robi Deslia Waldi

7/16/2024

Pada Minggu siang, 14 Juli 2024, api melalap hutan lindung Siarubung/Dolok Sijonaha di Desa Sipitu Dai, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Kebakaran ini memulai gelombang panas yang memprihatinkan dan menambah beban pada upaya konservasi lingkungan yang sudah berjalan. Tetapi, apa yang sebenarnya terjadi di balik kebakaran ini?

Kebakaran yang terjadi di wilayah ini sangat sulit dijangkau karena medan yang terjal. Tim gabungan yang terdiri dari personel KPH Wil XIII Doloksanggul, Polres Samosir, TNI Kabupaten Samosir, Pemadam Kebakaran Samosir, dan BNPB Kabupaten Samosir, terus berusaha memadamkan api. Namun, kondisi medan yang sulit menghambat upaya mereka, menyebabkan beberapa area tidak dapat diakses, sehingga meningkatkan risiko bagi keselamatan petugas pemadam.

Koordinasi antara berbagai pihak sangat penting dalam upaya pemadaman ini. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Ir. Yuliani Siregar, M.AP, menyatakan bahwa tim gabungan terus bekerja keras untuk mengatasi api, dengan koordinat lokasi kebakaran terdeteksi pada N: 02°34'13" E: 098°39'23". Meskipun tantangan besar dihadapi, semua pihak berkomitmen untuk mengendalikan dan memadamkan kebakaran secepat mungkin.

Menurut Kepala Seksi Wilayah I, Balai PPI Wilayah Sumatera, Syamsuddin, S.P., sekitar 99 persen penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah aktivitas manusia. Saat ini, penyelidikan masih berlangsung untuk menentukan apakah kebakaran ini terkait dengan aktivitas wisata yang tidak bertanggung jawab seperti membuang puntung rokok sembarangan, atau mungkin dari masyarakat yang membakar sampah sehingga api menyebar ke lahan baru.

Sebelum kebakaran ini terjadi, berbagai tindakan preventif telah dilakukan, termasuk patroli terpadu dan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran hutan. Namun, upaya tersebut terkadang masih belum cukup untuk mengatasi kebakaran yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.

Kebakaran hutan seperti ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam keberadaan flora dan fauna yang ada di hutan lindung tersebut. Selain itu, kebakaran hutan juga berdampak pada kualitas udara dan kesehatan masyarakat sekitar.

Harapan besar tertumpu pada upaya pemadaman yang sedang berlangsung, serta tindakan preventif yang lebih intensif di masa depan. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan dan lahan dari kebakaran perlu terus ditingkatkan agar kejadian serupa dapat diminimalisir. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, diharapkan kebakaran hutan dan lahan seperti ini dapat dicegah dan diatasi dengan lebih efektif.

Kebakaran di hutan lindung Siarubung/Dolok Sijonaha ini mengajarkan kita bahwa menjaga alam bukan hanya tugas pemerintah atau petugas saja, tetapi juga tanggung jawab kita bersama. Setiap tindakan kecil, seperti tidak membuang puntung rokok sembarangan atau tidak membakar sampah di dekat area hutan, bisa berdampak besar. Mari kita bersama-sama menjaga hutan kita, demi masa depan yang lebih hijau dan sehat.

Asisten Ahli Kebakaran Hutan dan Lahan di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB university